Bengkayang (ANTARA) - Bupati Bengkayang, Kalimantan Barat Sebastianus Darwis menyerukan aksi nyata untuk menekankan pentingnya peran masyarakat dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat lokal.
Hal itu disampaikan Bupati dalam pengukuhan Tim Program Kampung Iklim (ProKlim) di Desa Monterado Bengkayang, Selasa dalam rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025.
"Pengukuhan tim ProKlim Desa Monterado ini merupakan aksi nyata masyarakat yang mampu melaksanakan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim," ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Pemkab Bengkayang telah membangun TPS 3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) di Desa Monterado dan berharap dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat untuk pengelolaan sampah yang lebih baik.
Selain pengelolaan sampah, Bupati juga mendorong masyarakat melakukan pertanian ramah lingkungan, penggunaan pupuk organik, serta menjaga keseimbangan ekosistem melalui penanaman pohon dan pelestarian hutan serta sumber air.
“Mari kita bersahabat dengan alam, wariskan kepada anak cucu kita alam yang bersih dan mata air, bukan air mata,” ujarnya.
Kegiatan juga dilanjutkan dengan penanaman pohon, aksi bersih sampah, kampanye pengurangan plastik, seminar lingkungan, serta diskusi interaktif bersama Yayasan Swadaya Dian Khatulistiwa (YSDK) sebagai narasumber.
Bupati mengatakan, Menteri LHK di peringatan hari lingkungan hidup mengusung tema "Hentikan Polusi Plastik”. Tema tersebut katanya, bukan sekadar slogan, melainkan seruan aksi kolektif untuk menghadapi ancaman global seperti perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pencemaran plastik.
Menteri menyebut polusi plastik sebagai “bom waktu ekologis” yang mengancam ekosistem laut, biota, serta kesehatan manusia. Disebutkan pula, Indonesia memproduksi 10,8 juta ton sampah plastik per tahun, namun hanya 39,01 persen yang terkelola dengan baik.
"Oleh karena itu masyarakat diajak berperan aktif mengurangi plastik sekali pakai, mendukung daur ulang, serta menjadikan sekolah, pasar, dan tempat ibadah sebagai ruang edukasi hidup," ujarnya.
Bupati juga mengatakan berkomitmen untuk mendukung program kampung iklim di kabupaten Bengkayang guna meningkatkan kualitas hidup dan target penurunan emisi nasional. Mengingat, perubahan iklim menimbulkan ancaman nyata terhadap kelangsungan hidup manusia dan lingkungan sehingga diperlukan tindakan adaptasi dan mitigasi berbasis masyarakat yang mengutamakan nilai-nilai keberlanjutan, keadilan ekologis, dan pelestarian kearifan lokal.
" Upaya penanganan perubahan iklim secara global seperti gerakan ketahanan pangan, ketahanan energi, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pencapaian target penurunan emisi nasional," ujarnya.
Lanjut dia, di kabupaten Bengkayang sudah tiga desa yang menjalankan program kampung iklim, yaitu desa Goa Boma, Desa Kamuh dan desa Samalantan.
"Desa Goa Boma, Kecamatan Monterado mendapatkan penghargaan tingkat nasional dari Kementerian KLHK untuk kampung iklim," katanya.