Jakarta (ANTARA) - Masih dalam rangka memperingati Hari Buku Nasional (17 Mei), platform TikTok membangun ekosistem yang mendukung perkembangan literasi dan menarik minat pengguna yang gemar membaca melalui tagar #BookTok dan #SerunyaMembaca sebagai magnetnya.
Manajer Senior Hubungan Masyarakat dan Komunikasi TikTok Indonesia, Edwin Lengkei, dalam temu media daring, Selasa, mengatakan, tagar global #BookTok memiliki lebih dari 55 juta unggahan terkait membaca, menjadi bukti nyata betapa besar antusiasme pengguna TikTok terhadap konten literasi. Di Indonesia, tagar #SerunyaMembaca juga tak kalah aktif dengan lebih dari 400 ribu unggahan.
Edwin mengungkapkan, tagar #SerunyaMembaca adalah inisiatif TikTok yang diluncurkan pada 2022. Melalui tagar ini, komunitas pecinta buku dapat berbagi rekomendasi, ulasan kreatif, membuka kemasan ("unboxing") buku yang antusias, hingga "storytelling" singkat yang menarik perhatian pada inti cerita.
Para kreator konten di balik kedua tagar ini, menurut Edwin, berhasil mengubah stigma membaca dengan menyajikan informasi buku dalam format video singkat yang menghibur dan mudah dicerna.
Mereka tak hanya review, tetapi juga membangun diskusi interaktif, berbagi kutipan favorit, hingga memberikan kiat menulis bagi mereka yang bermimpi menjadi penulis.
Indra Dwi Prasetyo, seorang penulis buku independen yang aktif di TikTok, memanfaatkan platform ini untuk mendekatkan diri dengan pembacanya. Melalui konten-kontennya, ia tidak hanya mempromosikan bukunya, "Dewasa Tak Seseram Isi Kepalamu" (2024) tetapi juga menciptakan ruang dialog yang hangat dan membangun ketertarikan terhadap isu-isu yang dia resahkan.
Semangat yang sama juga disampaikan oleh Syarif pengelola akun @menceriakan. Berawal dari konten ulasan buku di TikTok, Syarif bisa mendirikan klub buku komunitas "Torang Baca" di Jayapura.
Keberhasilannya mengumpulkan sesama pecinta buku membuktikan bahwa di era digital, batasan geografis bukan lagi penghalang untuk berbagi minat dan kecintaan terhadap buku.
Kolaborasi antar komunitas, penulis, penerbit, dan toko buku juga semakin marak berkat TikTok. Festival literasi patjarmerah, misalnya, aktif memanfaatkan platform ini untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan mempromosikan karya-karya penulis lokal.
Pendiri patjarmerah, Windy Ariestanty menekankan bahwa kejujuran dan "storytelling" yang otentik menjadi kunci dalam membuat video singkat yang menarik minat generasi muda terhadap buku.
Fenomena #BookTok dan #SerunyaMembaca membuktikan bahwa membaca buku tidak lagi dipandang sebagai kegiatan yang membosankan, melainkan sesuatu yang seru, menginspirasi, dan mampu menghubungkan komunitas dengan cara yang unik.
Dengan konten yang kreatif dan interaktif, komunitas pecinta literasi di TikTok berhasil menumbuhkan minat baca, membangun komunitas yang solid, dan membuktikan bahwa membaca buku bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi semua kalangan.